Agaknya memang tak mudah membuat film sekuel
Tapi kita tak boleh melupakan film-film lama yang berkarakter film sekuel seperti milik DKI (Dono, Kasino, Indro), Kwartet Jaya (Ateng, Iskak, Eddy Sud, dan Bing Slamet), Benyamin S, atau Rhoma Irama. Boleh dibilang, semua film mereka pada zamannya diminati penonton. Tak hanya saat diputar di bioskop, film-film mereka juga jadi langganan layar tancap. Memang tak ada catatan ke-box-office-an pada film-film mereka. Tapi dengan logika sederhana, kita bisa mengatakan bahwa sekuel film-film mereka tak mungkin diproduksi kalau film sebelumnya hanya mendatangkan kerugian.
Yang menarik, film-film mereka lebih mendekati pola film-film James Bond, yaitu sama-sama mengandalkan sosok dalam film, dan dengan cerita yang utuh. Ini tentu berbeda dengan film-film sekuel macam Harry Potter, Lord of the Rings, atau Laskar Pelangi. Jadi, sekuel dibuat dengan mengandalkan para pemain atau karakter yang diceritakan. Bedanya, James Bond itu tokoh fiktif yang dimainkan seorang aktor sementara keunikan film-film kita di atas itu terletak pada para pemain yang memainkan diri mereka sendiri. Kalau toh ada perkecualian, itu saat Eddy Sud berperan sebagai Ali Baba dalam film Kwartet Jaya berjudul Ali Baba dan 40 Penyamun.
Barangkali faktor kelarisan film-film Dono dan kawan-kawan bukan pada kisah atau kualitas filmnya melainkan sosok pemainnya. Mereka telah populer bukan sebagai pemain film, dan popularitas seorang selebritis memang bisa dimanfaatkan untuk menarik minat penggemarnya. Dan itu tampaknya berlaku hingga sekarang.
Bisakah kesuksesan serupa itu terulang? Entahlah. Tapi, film sehebat Nagabonar (saat diaktori Dedy Mizwar) pun ternyata tak banyak bersuara ketika sang aktor menyutradari sekuelnya Nagabonar Jadi 2, mirip Sylvester Stallone saat menyutradarai Rambo. Noni Arnee
17082011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar