Selama tiga pekan sejak dirilis 1 Juli lalu, film Transformers: Dark of the
Moon merajai box office dunia. Di Amerika Serikat dan Kanada, pada pekan
pertama pemutaran, film itu meraup pemasukan sebesar 97,4 juta dolar AS.
Menurut Paramount Pictures yang mendistribusikan film tersebut, angka itu
fantastis dan mematahkan rekor Pirates of the Caribbean :
On Stranger Tides yang rilis perdana Mei lalu. Film produksi Disney itu hanya
mendapat pemasukan 90,2 juta dolar AS.
Sebenarnya, angka 97,4 juta dolar itu hanya hitungan untuk tiga hari
pemutaran. Tapi jumlah itu pun mematahkan rekor The Spider-Man 2 (2004) yang
dalam tiga hari meraup pemasukan 88,2 juta dolar. Keberadaan sekuel ketiga
Transformers di puncak box office itu juga menggusur keperkasaan film sekuel
lain, yaitu Car 2 produksi Walt Disney Studios Motion Pictures.
Catatan ke-box-office-an hampir selalu dirujuk dari pendapatan sebuah film.
Sederhananya, film box office adalah film laris manis. Coba Anda cermati
film-film di atas yang tercatat sebagai contoh raja-raja box office itu.
Semuanya film sekuel.
Jadi, semua film sekuel laris? Tidak semuanya, tapi ada kecenderungan
seperti itu. Apalagi tidak pas pula menyimpulkan bahwa yang laris di pasaran
itu film sekuel. Banyak film bukan sekuel yang laris. Sebab, sebenarnya salah
satu alasan sebuah film dibuat sekuelnya adalah karena kesuksesannya mendulang
pasar. Bahkan kalau tak laku pun, jenis film remake-nya punya keniscayaan
mendulang sukses.
Kita lihat James Bond, film sekuel legendaris yang selalu laris ketika
dirilis. Film pertamanya Dr No (1962) dengan aktor Sean Connery tidak dibikin
dengan rencana membuat film kedua dan seterusnya. Lalu film itu sukses dan
sekuel ke-23 sudah bakal menyambangi kita (kalau jadi dirilis November 2012).
Film lain macam Star Wars, sosok-sosok superhero, jagoan komik, atau kartun ala
Disney pun punya pola serupa. Bahkan saat para aktor pemainnya berganti-ganti
seperti James Bond dan film sekuel tokoh superhero, nasib filmnya hampir tak
berubah: selalu laris.
Coba saja kita tilik catatan data film box office hingga tujuh bulan di
tahun ini. Seperti sudah disebut, ada Transformers: Dark of the Moon. Dua bulan
sebelumnya sosok Jack Sparrow masih mengharu-biru penonton film dalam sekuel
keempat Pirates of the Caribbean . Yang
diprediksi sangat mungkin menduduki puncak box office berikutnya adalah Harry
Potter and The Deathly Hallows Part 2 yang rilis setelah Transformers #3.
Kecenderungan Serupa
Tahun lalu, dominasi film box office pun memperlihatkan hal serupa. Dari 10
film terlaris, ada film yang merupakan sekuel dari film sebelumnya. Yakni, Toy
Story 3, Iron Man 2, The Twilight Saga: Eclipse, Harry Potter and The Deathly
Hallows Part 1, dan Shrek: Forever After. Kalau film remake seperti Alice in
Wonderland dan The Karate Kid bisa dianggap sebagai ”film lama rasa baru”
seperti film sekuel, jumlahnya menjadi 7 film. Dan dalam daftar itu pun ada
film How To Train Your Dragon yang sudah direncanakan sekuelnya.
Secara sederhana, kita bisa menyimpulkan bahwa tujuan utama pembuatan film
sekuel dari film yang sukses adalah semata meraup keuntungan. Selagi masih bisa
dijadikan sumber pengucuran pundi-pundi, umumnya film sekuel yang selalu laris
bakal terus diproduksi. Film Harry Potter misalnya mungkin tak termasuk dalam
film sekuel yang tak terbatas produksinya. Sebab, film itu diadaptasi dari
novel laris yang sudah dihentikan pada buku ketujuh. Tapi adanya part 1 dan
part 2 dalam film terakhir sosok penyihir remaja itu menjadi bukti produsernya
tak ingin berhenti.
Di luar itu, kita perlu juga mempertimbangkan soal investasi untuk sebuah
film yang lalu disekuelkan. Produser film-film sekuel tentu saja
mempertimbangkan segala macam properti, termasuk juga para pemain, yang sayang
sekali kalau hanya dipakai sekali. Atas alasan memanfaatkan investasi yang
telah ada pun kadang tak selalu berhasil. Seperti sudah disebut, sebuah film
awal yang laku keras, sekuelnya bisa saja berantakan. Sebut beberapa misalnya
Jaws (1975) garapan Steven Spielberg yang berantakan ketika dibuat Jaws: The
Revenge (1987), atau film paling populer pada zamannya seperti First Blood
(1982) yang lebih dikenal dengan Rambo) hanya sukses pada First Blood II
(1985). Bahkan film garapan aktornya sendiri Sylvester Stallone dengan judul
Rambo (2008) nyaris tak terdengar.
Itu dari sisi produser atau kalangan orang film. Bagaimana dari sisi
penonton? Mengapa mereka suka menonton film sekuel? Paling sederhana jawabannya
adalah kepenasaranan mereka terhadap ”kelanjutan” dari film yang sebelumnya
sudah mereka tonton. Apalagi, bila film sebelumnya itu bagus dan punya banyak
penonton (setidaknya yang tak sempat menonton merasa penasaran mengapa sebuah
film ditonton begitu banyak orang). Kepenasaranan itu pula yang dengan cantik
dimainkan para pembuat film sekuel Hollywood
dengan menyuguhkan film berpola cliffhanger ending atau akhiran yang
menggantung.
Ya, dari kepenasaranan itulah mereka meraup dolar. Meskipun tak semua film
laris itu berkualitas bagus. Situs filmsite.org hanya mencontohkan beberapa
film sekuel yang laris dan bagus seperti The Lord of the Rings, Shrek, dan The
Godfather. Yang lainnya, bisa jadi hanyalah film-film yang pintar memainkan
kepenasaranan penonton. Noni Arnee
17082011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar